Usai peresmian, Menag memberi kuliah umum di hadapan para mahasiswa dan civitas akademika IAIN Manado. Menurutnya, keberadaan perguruan tinggi Islam seperti STAIN, IAIN, dan UIN bukan semata-mata sebagai lembaga pendidikan untuk menampung lulusan SLTA/MA. Lebih dari itu, perguruan tinggi Islam harus menjadi garda terdepan dalam pembangunan bangsa yang religius.
“Perguruan tinggi Islam harus berada di garda paling depan. Karena di tengah bangsa yang relegius sudah semestinya kita memiliki kampus atau perguruan tinggi yang bisa memperjuangkan umat Islam di seluruh daerah,” tegas Menag.
Hadir pada kesempatan ini, Rektor IAIN Manado Rukmina Ganibala, Sekretaris Provinsi Sulawesi Utara Siswa Rahmat Makodang, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sulut Sulaiman, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama, jajaran Kantor Kementerian Agama Kota Manado serta para dosen dan mahasiwa IAIN Manado. IAIN Manado adalah satu-satunya perguruan tinggi agama Islam negeri di Provinsi Sulawesi Utara yang didirikan dan dibina oleh Kementerian Agama.
Selain menjadi tempat kaum santri melakukan mobilitas vertikal, perguruan tinggi Islam menurut Menag juga harus dapat melahirkan generasi muslim yang memiliki komitmen pada Islam, berkarakter unggul, moderat, toleran, dan mampu hidup bersama di tengah keberagaman
Perguruan Tinggi Islam saat ini terus berkembang. Transformasi perguruan tinggi ini diawali pada tahun 2002, saat beberapa IAIN berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Dari situ, perguruan tinggi Islam terus berkembang hingga saat ini sudah 11 UIN menjadi 25 IAIN, selain STAIN yang tersebat di banyak kota di seluruh Indonesia.
Terkait ini, Menag mengingatkan bahwa transformasi bukan sekedar berubah nama atau status. Lebih dari itu, transformasi harus dimaknai sesungguhnya sebagai transformasi berpikir dan memperkuat landasan pijak untuk memulai langkah-langkah besar dalam merealisasikan cita-cita.
Tidak ada komentar:
Write komentar